TB Indonesia News – Keberadaan jalan tol di Ibu Kota sudah tidak efektif lagi untuk
mengurangi kemacetan. Setiap hari kemacetan di jalan bebas hambatan
tersebut semakin parah.
Kemacetan terjadi di semua
ruas tol Ibu Kota, terutama pada pagi dan sore hari. Bahkan kemacetan
tidak hanya terjadi pada hari-hari biasa, di akhir pekan pun jalan tol
mengalami kemacetan luar biasa. Meski sudah banyak keluhan dari
masyarakat mengenai kemacetan di tol, hal tersebut seperti ‘’dibiarkan’’
tanpa solusi. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan pada
Sabtu (28/4) bahkan untuk ketiga kalinya terpaksa membuka pintu tol
untuk mengurangi kemacetan.
Kali ini dia membuka paksa pintu tol Kuningan 2, tepat di depan RS Medistra, saat mendapati antrean panjang pada pintu masuk tol tersebut.Dahlan yang ketika itu akan menuju ke Tanjung Priok lagi-lagi membebaskan para pengendara masuk tol tanpa membayar.Sebelumnya Dahlan juga membuka paksa pintu tol di Slipi dan Ancol. Setidaknya apa yang dilakukan Dahlan merupakan cermin betapa amburadulnya pengelolaan jalan tol. Upaya perbaikan untuk mengatasi kemacetan di jalan tol sangat minim. Misalnya di tol Jakarta–Cikampek, pada pagi hari kendaraan yang hendak menuju Jakarta padat merayap.
Waktu tempuh dari Bekasi Barat menuju Semanggi yang normalnya 40 menit harus ditempuh dalam waktu satu setengah hingga dua jam lebih.Pertemuan arus lalu lintas dari berbagai penjuru membuat kemacetan semakin parah. Belum lagi di sejumlah ruas jalan tol terjadi penyempitan sehingga menghambat laju kendaraan. Dari pantauan SINDO, untuk jalan tol dari Cikampek menuju Jakarta,kemacetan mulai terasa ketika hendak memasuki gerbang tol Cikunir.Kendaraan yang akan menuju Tanjung Priok dan Pondok Indah harus memperlambat laju sehingga menghambat pengendara yang hendak menuju Cawang–Semanggi. Pengendara yang tidak tertib turut memperparah keadaan.
Ditambah lagi dengan ruas jalan tol yang semakin kecil. Selepas gerbang tol Cikunir, pengendara yang hendak menuju Cawang–Semanggi belum terbebas dari kemacetan.Ketika hendak memasuki gerbang tol Halim Perdanakusumah yang terhubung dengan tol dalam kota dan tol Jagorawi, kendaraan kembali tersendat. Ruas jalan semakin kecil sehingga memaksa kendaraan menumpuk.Penerapan gerbang tol otomatis untuk mengakomodasi pengguna etoll juga tidak membantu.
Sebab, selepas pintu tol banyak pengendara yang memarkirkan kendaraan untuk buang air kecil sehingga justru menghambat laju pengendara pemilik kartu e-toll. Begitu pun ketika memasuki interchange Cawang, masalah kembali menyergap pengendara. Ruas jalan yang tadinya delapan jalur mengecil dengan tinggal empat jalur saja. Dua jalur ke tol Jagorawi dan dua lainnya untuk kendaraan tol dalam kota dan ke arah Tanjung Priok. Tidak jarang pula terjadi persilangan lalu lintas karena pengendara yang hendak ke Jagorawi mengambil jalur kanan. Ketika mendekati persimpangan, mereka langsung memotong arus lalu lintas.
Perilaku buruk ini semakin memperparah kemacetan. Hermanto, 45, pengendara yang hendak menuju kawasan Kebon Sirih, terpaksa melalui tol yang mengarah ke Tanjung Priok karena lalu lintas menuju Semanggi stagnan.Sepintas usahanya tersebut berhasil, tetapi ketika sampai di Kebon Nanas,Jakarta Timur,arus lalu lintas kembali padat.Kecepatan laju kendaraan maksimal 40 km/jam, padahal seharusnya kecepatan di jalan tol minimal 60 km/jam.”Kalau mengambil jalur yang ke Semanggi justru semakin parah. Lebih baik jalan tersendat daripada harus terus menunggu di tol arah Semanggi,” kata karyawan swasta ini kemarin.
Kepala Bagian Manajemen Lalu Lintas Tol Jakarta– Cikampek Raddy R Lukman mengatakan, pihaknya sudah membuat solusi untuk mengurangi kemacetan tersebut. Salah satunya, dengan meniadakan gerbang tol Pondok Gede yang bertujuan agar lalu lintas yang menuju dalam kota tidak menumpuk atau macet. ”Yang pasti kita berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk pengguna tol,untuk tol dalam kota bukan wewenang saya,” jelasnya. Namun, dari pantauan di lapangan, pemindahan gerbang tol Pondok Gede ke Cikarang Utama ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah sepenuhnya.
Kawasan tersebut masih menjadi areal terminal bayangan. Akibatnya, pada jam-jam tertentu terjadi penumpukan kendaraan di kawasan tersebut. Potret kemacetan di jalan tol sebenarnya tidak hanya terjadi di jalan tol menuju Jakarta. Hampir semua jalan tol menuju Jakarta mengalami kemacetan parah.Misalnya jalan tol Tangerang ke arah Jakarta juga mengalami kemacetan parah,terutama saat keluar tol ke arah Tomang atau Slipi.
”Apalagi pas di pintu keluar tol antreannya bisa satu hingga dua kilometer lebih,’’ kata Totok,warga Bintaro yang berkantor di kawasan Slipi.Kendaraan macet di pintu tol keluar disebabkan adanya lampu merah yang diperparah dengan aksi berebut jalan dari para pengendara. Pengamat transportasi Institute fo Transportation and Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto berpendapat, pada prinsipnya jalan tol adalah jalan bebas hambatan.
Di ruas itu tidak ada lampu lalu lintas maupun persimpangan sehingga laju kendaraan bisa lebih cepat. Namun seiring perkembangan waktu dengan pertumbuhan kendaraan, kemacetan terjadi di jalan tol. ”Sebenarnya keberadaan jalan tol bukanlah solusi untuk terbebas dari kemacetan.Pasalnya penyediajasajalantoladalahpihak swasta yang orientasinya adalah profit,”ungkapnya.
Skema Contra Flow
Direktur Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk Hassanudin mengatakan gerbang tol Kuningan 2 memang menjadi titik lemah dalam ruas jalan tol yang dikelola perusahaannya. Namun,mulai Selasa besok dia berjanji tak akan ada lagi kemacetan panjang di pintu gerbang tol yang dikelola Jasa Marga.”Benar Pak Dahlan membuka gerbang tol Kuningan 2 pada Sabtu lalu, yang dibebaskan sekitar 20 kendaraan, ini karena kami kekurangan penjaga pintu tol, sedangkan traffic kendaraan sedang padat,” kata Hassanudin saat dihubungi SINDOkemarin.
Untuk mengurangi beban lalulintaspadaruasCawang–Kuningan, Jasa Marga pada Selasa (1/5) akan memberlakukan contra flow (kontra arus lalu lintas) mulai dari Cawang sampai dengan menjelang Semanggi pada pukul 06.00– 10.00 WIB.”Contra flow ini dilakukan dengan cara mengambil satu lajur Semanggi– Cawang (jalur B) untuk digunakan bagi arus lalu lintas yang menuju Semanggi (jalur A).” Dia menjelaskan, skema contra flow ini adalah pada pagi hari lajur contra flow dibuka sebagian, lalu lintas Cawang–Semanggi diarahkan masuk ke area contra flow melalui bukaan di Km 3+050.
Pengguna jalan memiliki dua opsi untuk masuk ke lajur normal melalui Km 7+150 atau Km 8+600. Contra flow ini, katanya, bertujuan untuk menambah kapasitas layanan lalu lintas dari Cawang ke arah Semanggi dengan cara mengambil lajur dari jalur arah berlawanan. Karena itucontra flowini hanya dilakukan pada ruas tertentu dan waktu tertentu.
Kali ini dia membuka paksa pintu tol Kuningan 2, tepat di depan RS Medistra, saat mendapati antrean panjang pada pintu masuk tol tersebut.Dahlan yang ketika itu akan menuju ke Tanjung Priok lagi-lagi membebaskan para pengendara masuk tol tanpa membayar.Sebelumnya Dahlan juga membuka paksa pintu tol di Slipi dan Ancol. Setidaknya apa yang dilakukan Dahlan merupakan cermin betapa amburadulnya pengelolaan jalan tol. Upaya perbaikan untuk mengatasi kemacetan di jalan tol sangat minim. Misalnya di tol Jakarta–Cikampek, pada pagi hari kendaraan yang hendak menuju Jakarta padat merayap.
Waktu tempuh dari Bekasi Barat menuju Semanggi yang normalnya 40 menit harus ditempuh dalam waktu satu setengah hingga dua jam lebih.Pertemuan arus lalu lintas dari berbagai penjuru membuat kemacetan semakin parah. Belum lagi di sejumlah ruas jalan tol terjadi penyempitan sehingga menghambat laju kendaraan. Dari pantauan SINDO, untuk jalan tol dari Cikampek menuju Jakarta,kemacetan mulai terasa ketika hendak memasuki gerbang tol Cikunir.Kendaraan yang akan menuju Tanjung Priok dan Pondok Indah harus memperlambat laju sehingga menghambat pengendara yang hendak menuju Cawang–Semanggi. Pengendara yang tidak tertib turut memperparah keadaan.
Ditambah lagi dengan ruas jalan tol yang semakin kecil. Selepas gerbang tol Cikunir, pengendara yang hendak menuju Cawang–Semanggi belum terbebas dari kemacetan.Ketika hendak memasuki gerbang tol Halim Perdanakusumah yang terhubung dengan tol dalam kota dan tol Jagorawi, kendaraan kembali tersendat. Ruas jalan semakin kecil sehingga memaksa kendaraan menumpuk.Penerapan gerbang tol otomatis untuk mengakomodasi pengguna etoll juga tidak membantu.
Sebab, selepas pintu tol banyak pengendara yang memarkirkan kendaraan untuk buang air kecil sehingga justru menghambat laju pengendara pemilik kartu e-toll. Begitu pun ketika memasuki interchange Cawang, masalah kembali menyergap pengendara. Ruas jalan yang tadinya delapan jalur mengecil dengan tinggal empat jalur saja. Dua jalur ke tol Jagorawi dan dua lainnya untuk kendaraan tol dalam kota dan ke arah Tanjung Priok. Tidak jarang pula terjadi persilangan lalu lintas karena pengendara yang hendak ke Jagorawi mengambil jalur kanan. Ketika mendekati persimpangan, mereka langsung memotong arus lalu lintas.
Perilaku buruk ini semakin memperparah kemacetan. Hermanto, 45, pengendara yang hendak menuju kawasan Kebon Sirih, terpaksa melalui tol yang mengarah ke Tanjung Priok karena lalu lintas menuju Semanggi stagnan.Sepintas usahanya tersebut berhasil, tetapi ketika sampai di Kebon Nanas,Jakarta Timur,arus lalu lintas kembali padat.Kecepatan laju kendaraan maksimal 40 km/jam, padahal seharusnya kecepatan di jalan tol minimal 60 km/jam.”Kalau mengambil jalur yang ke Semanggi justru semakin parah. Lebih baik jalan tersendat daripada harus terus menunggu di tol arah Semanggi,” kata karyawan swasta ini kemarin.
Kepala Bagian Manajemen Lalu Lintas Tol Jakarta– Cikampek Raddy R Lukman mengatakan, pihaknya sudah membuat solusi untuk mengurangi kemacetan tersebut. Salah satunya, dengan meniadakan gerbang tol Pondok Gede yang bertujuan agar lalu lintas yang menuju dalam kota tidak menumpuk atau macet. ”Yang pasti kita berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk pengguna tol,untuk tol dalam kota bukan wewenang saya,” jelasnya. Namun, dari pantauan di lapangan, pemindahan gerbang tol Pondok Gede ke Cikarang Utama ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah sepenuhnya.
Kawasan tersebut masih menjadi areal terminal bayangan. Akibatnya, pada jam-jam tertentu terjadi penumpukan kendaraan di kawasan tersebut. Potret kemacetan di jalan tol sebenarnya tidak hanya terjadi di jalan tol menuju Jakarta. Hampir semua jalan tol menuju Jakarta mengalami kemacetan parah.Misalnya jalan tol Tangerang ke arah Jakarta juga mengalami kemacetan parah,terutama saat keluar tol ke arah Tomang atau Slipi.
”Apalagi pas di pintu keluar tol antreannya bisa satu hingga dua kilometer lebih,’’ kata Totok,warga Bintaro yang berkantor di kawasan Slipi.Kendaraan macet di pintu tol keluar disebabkan adanya lampu merah yang diperparah dengan aksi berebut jalan dari para pengendara. Pengamat transportasi Institute fo Transportation and Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto berpendapat, pada prinsipnya jalan tol adalah jalan bebas hambatan.
Di ruas itu tidak ada lampu lalu lintas maupun persimpangan sehingga laju kendaraan bisa lebih cepat. Namun seiring perkembangan waktu dengan pertumbuhan kendaraan, kemacetan terjadi di jalan tol. ”Sebenarnya keberadaan jalan tol bukanlah solusi untuk terbebas dari kemacetan.Pasalnya penyediajasajalantoladalahpihak swasta yang orientasinya adalah profit,”ungkapnya.
Skema Contra Flow
Direktur Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk Hassanudin mengatakan gerbang tol Kuningan 2 memang menjadi titik lemah dalam ruas jalan tol yang dikelola perusahaannya. Namun,mulai Selasa besok dia berjanji tak akan ada lagi kemacetan panjang di pintu gerbang tol yang dikelola Jasa Marga.”Benar Pak Dahlan membuka gerbang tol Kuningan 2 pada Sabtu lalu, yang dibebaskan sekitar 20 kendaraan, ini karena kami kekurangan penjaga pintu tol, sedangkan traffic kendaraan sedang padat,” kata Hassanudin saat dihubungi SINDOkemarin.
Untuk mengurangi beban lalulintaspadaruasCawang–Kuningan, Jasa Marga pada Selasa (1/5) akan memberlakukan contra flow (kontra arus lalu lintas) mulai dari Cawang sampai dengan menjelang Semanggi pada pukul 06.00– 10.00 WIB.”Contra flow ini dilakukan dengan cara mengambil satu lajur Semanggi– Cawang (jalur B) untuk digunakan bagi arus lalu lintas yang menuju Semanggi (jalur A).” Dia menjelaskan, skema contra flow ini adalah pada pagi hari lajur contra flow dibuka sebagian, lalu lintas Cawang–Semanggi diarahkan masuk ke area contra flow melalui bukaan di Km 3+050.
Pengguna jalan memiliki dua opsi untuk masuk ke lajur normal melalui Km 7+150 atau Km 8+600. Contra flow ini, katanya, bertujuan untuk menambah kapasitas layanan lalu lintas dari Cawang ke arah Semanggi dengan cara mengambil lajur dari jalur arah berlawanan. Karena itucontra flowini hanya dilakukan pada ruas tertentu dan waktu tertentu.
Sindo | |
0 komentar:
Posting Komentar