Ini peluang besar di tengah pesatnya perkembangan internet Indonesia.
TB news -
Berawal dari obrolan beberapa teman, akhirnya tercetus ide membuat
pusat layanan tiket online. Maklum saja, selama ini penjualan tiket
masih banyak digarap melalui gerai-gerai biasa. Terutama tiket konser
dan pertandingan yang sifatnya hanya event.
Adalah Dimas Surya Yaputra, laki-laki belia yang memiliki ide membuat penjualan tiket secara online melalui tiket.com. Seluruh tiket perjalanan, konser, dan hiburan tersaji di sini. Tak perlu antre berdesakan.
"Saya melihat ini peluang besar di tengah pesatnya perkembangan internet di Indonesia," kata dia dalam perbincangan dengan VIVAnews di salah satu kafe di Grand Indonesia, Jakarta, Jumat lalu.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Pelita Harapan tahun 2010 ini berpendapat, Indonesia tengah menjadi salah satu pasar potensial pengembangan bisnis travel online. Nilainya juga tak tanggung-tanggung, mencapai Rp2 triliun per tahun dengan pertumbuhan 30-40 persen. "Jadi ini pasar potensial."
Memang, usia belia tak menghalangi langkah Dimas menjadi digitalpreneur. Kegandrungannya pada teknologi diwujudkan dengan membesut situs swinde.com pada 2009. Swinde.com merupakan website untuk membeli barang-barang melalui lelang dengan harga di bawah harga pasar. Dalam waktu enam bulan, ia mampu menarik 80.000 pengguna dan berhasil mencetak rekor pendapatan US$1 juta.
Begitu pula tiket.com, meski usianya baru setahun, setidaknya sudah tercatat memiliki 100 ribu pengguna. Mereka bertransaksi mulai dari pembelian tiket pesawat, tiket bioskop, hingga konser. Baru-baru ini dia menggandeng PT Kereta Api untuk menyediakan tiket perjalanan kereta. "Ini pasti akan menambah transaksi kami," katanya.
Adalah Dimas Surya Yaputra, laki-laki belia yang memiliki ide membuat penjualan tiket secara online melalui tiket.com. Seluruh tiket perjalanan, konser, dan hiburan tersaji di sini. Tak perlu antre berdesakan.
"Saya melihat ini peluang besar di tengah pesatnya perkembangan internet di Indonesia," kata dia dalam perbincangan dengan VIVAnews di salah satu kafe di Grand Indonesia, Jakarta, Jumat lalu.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Pelita Harapan tahun 2010 ini berpendapat, Indonesia tengah menjadi salah satu pasar potensial pengembangan bisnis travel online. Nilainya juga tak tanggung-tanggung, mencapai Rp2 triliun per tahun dengan pertumbuhan 30-40 persen. "Jadi ini pasar potensial."
Memang, usia belia tak menghalangi langkah Dimas menjadi digitalpreneur. Kegandrungannya pada teknologi diwujudkan dengan membesut situs swinde.com pada 2009. Swinde.com merupakan website untuk membeli barang-barang melalui lelang dengan harga di bawah harga pasar. Dalam waktu enam bulan, ia mampu menarik 80.000 pengguna dan berhasil mencetak rekor pendapatan US$1 juta.
Begitu pula tiket.com, meski usianya baru setahun, setidaknya sudah tercatat memiliki 100 ribu pengguna. Mereka bertransaksi mulai dari pembelian tiket pesawat, tiket bioskop, hingga konser. Baru-baru ini dia menggandeng PT Kereta Api untuk menyediakan tiket perjalanan kereta. "Ini pasti akan menambah transaksi kami," katanya.
Saat ini tiket.com sudah
melayani pembelian tiket enam maskapai penerbangan nasional, jaringan
bioskop 21, kereta api, dan tiket-tiket hiburan lain.
Sebagai gambaran, setiap
transaksi penjualan tiket kereta api, dia memotong Rp7.500. Artinya,
bila terjadi transaksi 1.000 kali setiap hari, Rp7,5 juta sudah di
kantongnya. Tapi berapa transaksi sesungguhnya dia masih bungkam. "Yang
jelas menguntungkan," katanya.
Demikian juga mengenai modal, dia tak mau banyak bicara. "Kami hanya memiliki beberapa server, tapi investasinya kami tak mau disclose," katanya.
Saat ini, tiket.com sudah memiliki 40 karyawan. Terus berkembang dari awal pembukaan yang hanya enam orang.
Sebenarnya, Dimas tak hanya memiliki swinde.com dan tiket.com. Jauh sebelum itu lulusan Beijing Languange and Culture University tahun 2007 ini berkongsi dengan Wenas Agustiawan dan Jefrry Anthony membangun PhaseDev.
Saat ini, tiket.com sudah memiliki 40 karyawan. Terus berkembang dari awal pembukaan yang hanya enam orang.
Sebenarnya, Dimas tak hanya memiliki swinde.com dan tiket.com. Jauh sebelum itu lulusan Beijing Languange and Culture University tahun 2007 ini berkongsi dengan Wenas Agustiawan dan Jefrry Anthony membangun PhaseDev.
Kini PhaseDev telah
berkembang pesat dengan pengembang puluhan peranti lunak dalam tiga
departemen, yakni pengembangan aplikasi mobile, pengembangan aplikasi
desktop, dan pengembangan situs web.
VIVA
0 komentar:
Posting Komentar