TB Indonesia News - Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini memberikan sambutan saat
penyerahan beasiswa bagi tim dan peserta terbaik program “Risk
Management Goes to Campus” yang diselenggarakan Bank Mandiri.
Mencetak sumber daya manusia berkualitas dan kompeten di bidang manajemen risiko merupakan salah satu cara efektif guna mendorong pertumbuhan industri perbankan yang lebih bersih,efisien,dansehat.Terkait hal tersebut, Bank Mandiri melalui program Bina Lingkungan - Mandiri Peduli Pendidikan belum lama ini menggelar serangkaian workshop statistik terkait risk management untuk mahasiswa bertajuk “Risk Management Goes to Campus”.
Sebagaimana dikatakan Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini,risk management merupakan elemen utama dalam bisnis perbankan, karena secara esensial,bisnis perbankan merupakan bisnis kepercayaan yang bersifat highly regulated. “Risk management diperlukan guna meminimalkan potensi terjadinya risiko baik dari sisi internal maupun eksternal perbankan yang memiliki multiplier effect,” kata Zulkifli, pada acara penyerahan beasiswa bagi tim dan peserta terbaik program tersebut pada Kamis (24/5) di Auditorium Plaza Mandiri,Jakarta.
Serangkaian workshop yang telah dilaksanakan tersebut melibatkan lebih dari 690 mahasiswa dari delapan universitas ternama, seperti Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada,Universitas Airlangga, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Adapun kegiatan workshop terdiri atas pembekalan teori dan bestpractice penghitunganrisiko serta aplikasi teori tersebut dalam studi kasus,serta lomba karya tulisdengantema “Pengukuran 8 Jenis Risiko dalam Industri Perbankan,Implementasi Basel II, serta Penerapan Stress Testing Guna Mengantisipasi Ketidakpastian Ekonomi Global”. Ditambahkan oleh Senior Vice President Credit Risk & Portofolio Management Group Bank Mandiri Tedi Nurhikmat, kegiatan ini dilakukan guna memperpendek gap antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
“Tuntutan kebutuhan risk management tools yang sangat tinggi dan susahnya mencari tenaga kerja siap pakai di bidang kuantitatif telah menciptakan gap yang berdampak pada meningkatnya risiko yang ditanggung dunia perbankan. Apabila tidak segera dicari jalan keluarnya, maka hal tersebut berpotensi pada terjadinya pengelolaan risiko yang tidak optimal di industri perbankan nasional,” ungkap Tedi.
Pada penyelenggaraan program yang telah dijalankan untukkeduakalinya ini, selain melibatkan perguruan tinggi dan mahasiswa yang lebih banyak,juga menggunakan metode yang lebih sempurna.Adapun rangkaian program dilakukan dalam tiga tahap yang berlangsung sejak 12 April lalu.Pada tahap pertama, peserta diberikan penjelasan secara umum mengenai risk management dan penerapannya di Bank Mandiri yang mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia dan international best practices.
Kemudian peserta dikenalkan padarisk management tools bidang credit risk,market risk, dan operational risk yang penerapannya membutuhkan risk modeling yang relevan dengan teori statistik sebagai latar belakang akademis para peserta. Tahap berikutnya, peserta secara berkelompok melakukan studi kasus yang dituangkan dalam bentuk pembuatan model statistik,di mana tim penilai yang terdiri atas Bank Mandiri dan perwakilan dari masing-masing perguruan tinggi akan memilih satu kelompok terbaik dari setiap perguruan tinggi.
Penilaian didasarkan pada hasil laporan kajian studi kasus, penguasaan materi presentasi, pendalaman materi, dan kerja sama tim. Selanjutnya, Bank Mandiri memberikan beasiswa sebesar Rp12 juta per orang kepada setiap tim yang model statistiknya terpilih mewakili perguruan tinggi masing-masing, juga kepada peserta yang karya tulisnya dinilai terbaik.
Rektor Universitas Padjadjaran Prof Dr Ir Ganjar Kurnia, DEA,yang hadir dalam penyerahan beasiswa tersebut mengatakan,kegiatan yang dilakukan Bank Mandiri sangat bermakna bagi dunia kampus. “Yang utama adalah bagaimana mendekatkan dunia usaha dengan kampus, yaitu dengan cara mengajak para mahasiswa statistik dan matematika, di mana dua ilmu ini dianggap sebagai ilmu murni.
Sekarang melalui kegiatan ‘Risk Management Goes to Campus’, Bank Mandiri bisa mengajak mereka untuk menunjukkan bahwa ilmu yang mereka pelajari selama ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan seharihari khususnya perbankan,” kata Ganjar. Tedi menuturkan, program ini mendapat respons sangat baik dari mahasiswa, universitas, dan para dosen. Itu sebabnya pihaknya makin bersemangat untuk menjadikan program ini sebagai program berkelanjutan.
“Kegiatan ini akan memberi nilai tambah bagi para peserta, khususnya saat mereka lulus dan terjun ke dunia kerja. Paling tidak, melalui kegiatan ini kami bisa membantu menciptakan semakin banyak lulusan-lulusan statistika dan matematika yang punya kemampuan risk modeling sehingga manfaatnya lebih luas lagi menyebar,tidak hanya untuk bidang perbankan, tapi juga bidang industri lainnya,” ungkap Tedi.
Zulkifli menambahkan, pihaknya berharap pada masa yang akan datang kegiatan seperti ini dapat melibatkan lebih banyak peran serta perguruan tinggi di seluruh Indonesia sehingga kebutuhan SDM manajemen risiko yang memiliki kapabilitas berstandar internasional dapat terpenuhi.
Sindo | |
0 komentar:
Posting Komentar