TB News - Gunungkidul – Aksi pelarian sopir bank berinisial AR (35) yang membawa kabur uang Rp10 miliar akhirnya terhenti di Panggang, Gunungkidul. Ia ditangkap di sebuah rumah kontrakan setelah sempat berpindah-pindah lokasi dan menyamar dengan identitas palsu. Tapi yang lebih mengejutkan dari penangkapannya adalah betapa mudahnya uang sebesar itu berpindah tangan tanpa pengawalan.
AR bukan perampok bersenjata. Ia hanya sopir dengan akses. Dan akses itulah yang jadi senjata paling mematikan. Ia tidak perlu menodong, cukup menyalakan mesin dan pergi. Sistem pengamanan bank? Tertinggal di belakang, sibuk mengisi SOP dan menggelar rapat evaluasi.
Kapolres Gunungkidul AKBP Rudi Hartono membenarkan penangkapan tersebut.
"Pelaku kami amankan di wilayah Panggang. Ia sempat berpindah-pindah dan menggunakan identitas palsu. Uang yang dibawa kabur sebagian besar masih utuh dan sudah kami amankan sebagai barang bukti," kata Rudi.
Ia menambahkan bahwa pelaku diduga telah merencanakan aksinya sejak jauh hari.
"Modusnya cukup rapi. Pelaku menyewa kendaraan pribadi dan menyembunyikan uang di beberapa titik. Kami masih mendalami kemungkinan ada pihak lain yang terlibat," ujar Rudi.
AR dijerat Pasal 374 KUHP tentang penggelapan dalam jabatan, dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara. Tapi publik menuntut lebih dari sekadar pasal. Di mana audit internal? Di mana pengawasan berlapis? Di mana tanggung jawab manajemen?
Pihak bank hanya memberi pernyataan standar.
"Kami akan memperketat prosedur dan menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada pihak berwenang," kata perwakilan bank singkat, tanpa menjelaskan bagaimana uang Rp10 miliar bisa berpindah tangan seperti memindahkan kardus mie instan.
Jika satu sopir bisa membawa kabur Rp10 miliar, berapa banyak yang hilang tanpa kita tahu? Dan jika sistem hanya aktif setelah uang hilang, mungkin yang perlu ditangkap bukan hanya pelakunya—tapi juga mentalitas lembaga yang percaya bahwa kejujuran cukup ditulis di dinding kantor. (NN)
0 komentar:
Posting Komentar