Belum jelas apa motif dibalik penyerangan itu. Polisi masih melakukan penyelidikan,
TB Indinesa News- Aksi brutal para preman kembali
membuat kita marah, sekaligus merasa ngeri. Kamis dini hari, 23 Februari
2012, segerombolan orang memasuki Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat di
Jakarta. Di rumah sakit yang kerap dipakai para petinggi negara,
jenderal, termasuk presiden berobat itu, rombongan preman ini menghunus
kelewang.
Mereka membacok sekelompok orang yang sedang melayat salah satu
jenazah di bagian rumah duka di sana. Dua orang tewas di tempat, dengan
luka yang menggerikan. Stendly Wenno yang berusia 29 tahun. Ricky Tutu
Boy berusia 37 tahun. Keduanya diketahui bekerja sebagai debt collector.
Ricky mengalami luka paling parah. Jenazahnya tergeletak tak jauh dari pintu masuk rumah duka RSPAD. Luka tusuk senjata tajam pada bagian leher sampai menembus. Kerongkongan putus seperti digorok. Ada juga luka lecet di lengan, tungkai dahi dan kepala.
Sedangkan Stendly Wenno, mengalami luka serius di bagian kepala dan pelipis. Dihantam benda tanjam. Luka di dahi yang menembus sampai ke otak. Luka di lengan, bagian perut robek, jari tangan luka. Mayat Stendly berada lebih jauh karena sempat melarikan diri sebelum dibantai secara sadis.
Sementara empat korban luka-luka adalah Yopi Jonatan, Errol Karl, Jefry H, dan yang paling parah adalah Oktavianus Maxmilion. Mereka kini masih menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Tidak ada yang menduga penyerangan brutal itu bakal terjadi. Saat pagi senyap itu, sekitar 15 pemuda dari kelompok Jefry memang berada di RSPAD untuk menghadiri persemayaman Bob Stanley Sahusilawane di ruang A Eksekutif, rekan mereka yang meninggal karena kanker paru-paru.
Sejumlah saksi mata menyebutkan. Sekitar 50 pemuda yang datang dengan menumpang taksi tiba-tiba menyerang. Tanpa banyak tanya puluhan pemuda itu langsung merangsek masuk sambil menenteng senjata tajam dan masuk ke rumah duka. Seperti sudah direncanakan, mereka tahu persis bahwa targetnya ada di tempat itu.
"Mereka membawa golok dan langsung menyerang kelompok yang sedang duduk-duduk di rumah duka," kata Kapolres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol.
Karena kalah jumlah dan tidak siap, puluhan pelayat itu berhamburan menyelamatkan diri. Sebagian dari mereka bahkan melompat ke kali dan menyeberang ke Batalyon Perhubungan. Penyerangan hanya terjadi sekitar 20 menit, dan pelaku langsung kabur dengan menggunakan taksi. Sejumlah korban terlihat bergelimpangan di lokasi kejadian.
Polisi langsung mengidentifikasi, dan menyisir area kejadian untuk mencari barang bukti. Selain mengamankan jam tangan milik para korban, polisi juga menyita gagang golok yang terlepas pada saat penyerangan terjadi. Lihat video di tautan ini.
Polisi Segera Menyisir
Kepolisian Daerah Metro Jaya, bersama Polres Metro Jakarta Pusat, masih memburu pelaku penyerangan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto, untuk mengungkap motif dari penyerangan brutal itu. Sejumlah lokasi yang menjadi tempat berkumpul kelompok pemuda asal Maluku akan disisir polisi.
Edo Tupessy, salah seorang yang dianggap mengetahui kejadian itu sudah diamankan polisi dari kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Lelaki yang statusnya masih menjadi saksi itu mengakui bahwa kelompok yang melakukan penyerangan dan mereka yang berada di rumah duka RSPAD Gatot Subroto saling kenal.
Dijelaskan Edo, puluhan orang itu memang datang mendadak menumpang taksi. Semula mereka masih saling menyapa. Tapi setelah salah satu orang dari kelompok Jefry pergi, tiba-tiba terjadi penyerangan itu. Edo melihat ada empat orang yang membawa parang. Meski tak tahu motifnya, tapi Edo membantah kalau kejadian itu terkait dengan John Kei.
Ricky mengalami luka paling parah. Jenazahnya tergeletak tak jauh dari pintu masuk rumah duka RSPAD. Luka tusuk senjata tajam pada bagian leher sampai menembus. Kerongkongan putus seperti digorok. Ada juga luka lecet di lengan, tungkai dahi dan kepala.
Sedangkan Stendly Wenno, mengalami luka serius di bagian kepala dan pelipis. Dihantam benda tanjam. Luka di dahi yang menembus sampai ke otak. Luka di lengan, bagian perut robek, jari tangan luka. Mayat Stendly berada lebih jauh karena sempat melarikan diri sebelum dibantai secara sadis.
Sementara empat korban luka-luka adalah Yopi Jonatan, Errol Karl, Jefry H, dan yang paling parah adalah Oktavianus Maxmilion. Mereka kini masih menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Tidak ada yang menduga penyerangan brutal itu bakal terjadi. Saat pagi senyap itu, sekitar 15 pemuda dari kelompok Jefry memang berada di RSPAD untuk menghadiri persemayaman Bob Stanley Sahusilawane di ruang A Eksekutif, rekan mereka yang meninggal karena kanker paru-paru.
Sejumlah saksi mata menyebutkan. Sekitar 50 pemuda yang datang dengan menumpang taksi tiba-tiba menyerang. Tanpa banyak tanya puluhan pemuda itu langsung merangsek masuk sambil menenteng senjata tajam dan masuk ke rumah duka. Seperti sudah direncanakan, mereka tahu persis bahwa targetnya ada di tempat itu.
"Mereka membawa golok dan langsung menyerang kelompok yang sedang duduk-duduk di rumah duka," kata Kapolres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol.
Karena kalah jumlah dan tidak siap, puluhan pelayat itu berhamburan menyelamatkan diri. Sebagian dari mereka bahkan melompat ke kali dan menyeberang ke Batalyon Perhubungan. Penyerangan hanya terjadi sekitar 20 menit, dan pelaku langsung kabur dengan menggunakan taksi. Sejumlah korban terlihat bergelimpangan di lokasi kejadian.
Polisi langsung mengidentifikasi, dan menyisir area kejadian untuk mencari barang bukti. Selain mengamankan jam tangan milik para korban, polisi juga menyita gagang golok yang terlepas pada saat penyerangan terjadi. Lihat video di tautan ini.
Polisi Segera Menyisir
Kepolisian Daerah Metro Jaya, bersama Polres Metro Jakarta Pusat, masih memburu pelaku penyerangan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto, untuk mengungkap motif dari penyerangan brutal itu. Sejumlah lokasi yang menjadi tempat berkumpul kelompok pemuda asal Maluku akan disisir polisi.
Edo Tupessy, salah seorang yang dianggap mengetahui kejadian itu sudah diamankan polisi dari kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Lelaki yang statusnya masih menjadi saksi itu mengakui bahwa kelompok yang melakukan penyerangan dan mereka yang berada di rumah duka RSPAD Gatot Subroto saling kenal.
Dijelaskan Edo, puluhan orang itu memang datang mendadak menumpang taksi. Semula mereka masih saling menyapa. Tapi setelah salah satu orang dari kelompok Jefry pergi, tiba-tiba terjadi penyerangan itu. Edo melihat ada empat orang yang membawa parang. Meski tak tahu motifnya, tapi Edo membantah kalau kejadian itu terkait dengan John Kei.
Para penyerang nan brutal itu bukan cuma laki-laki, tapi ada juga
seorang perempuan. Si wanita itu bahkan ikut berkelahi. Kini si wanita
yang menggerikan itu sedang diburu polisi. Ciri-cirinya berbadan kurus
dan berambut pirang.
Kisah di wanita beringas itu, diketahui dari keterangan sejumlah saksi
di lapangan. "Akan kami buktikan apakah wanita itu benar ikut dalam
kelompok penyerangan itu atau tidak," kata Rikwanto.
Polisi meminta masyarakat bersabar menunggu hasil penyelidikan
mereka. Polda berjanji akan mengungkap kasus ini secepatnya. Dibuka
tuntas hingga motifnya.
Para Preman Sudah Menghina Negara
Ulah para preman ini sudah menjengkelkan. Bukan sekali ini saja aksi
premanisme seperti ini terjadi. Dalam beberapa kali bentrokan mereka
bahkan menutup jalan raya di siang bolong, memakai kelewang, samurai dan
bahkan senjata seperti laiknya kisah para koboi dalam film-film.
Kejadian yang berkali-kali itu menyebabkan orang mempertanyakan
fungsi pengamanan dan intelijen kepolisian. Apakah negara kita gagal
mendeteksi gerombolan brutal seperti ini. Apakah kelompok mereka begitu
kuat. Sehingga begitu leluasa beraksi di RSPAD, rumah sakit Angkatan
Darat, yang dari segi nama saja mestinya membuat ciut nyali gerombolan
preman mana pun.
Polisi membantah bahwa intelejen lengah. Penyerangan brutal itu, kata
Rikwanto, bisa saja terjadi apalagi di tempat umum seperti rumah sakit.
"Situasional sekali. Yang jelas kalau ada kejadian polisi bertindak,"
katanya.
Menurut dia, RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto bukanlah lokasi dengan pengaman yang ketat. Warga masyarakat bisa masuk ke tempat itu. Para petugas keamanan di lokasi kejadian juga tidak menduga akan ada penyerangan.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat(KadispenAD) Brigjen TNI Wiryantoro, juga memantah keras bahwa mereka kecolongan dengan kejadian penyerangan di rumah sakit yang menjadi areal TNI itu. Menurutnya, kejadian penyerangan itu diluar dugaan aparat keamanan yang bertugas menjaga rumah duka RSPAD.
Wiryantoro menambahkan bahwa rumah duka RSPAD digunakan untuk umum, dan dikelola oleh manajemen yang terpisah dengan RSPAD. Sehingga untuk pengamanannya tidak dijaga tentara.
"Rumah duka dijaga oleh satpam, sedangkan tentara ada di ruang utama RSPAD," kata Wiryantoro kepada VIVAnews. Meski demikian, Wiryantoro memastikan kalau Mabes AD akan melakukan evaluasi terkait insiden penyerangan di RSPAD Gatot Subroto itu.
Menurut dia, RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto bukanlah lokasi dengan pengaman yang ketat. Warga masyarakat bisa masuk ke tempat itu. Para petugas keamanan di lokasi kejadian juga tidak menduga akan ada penyerangan.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat(KadispenAD) Brigjen TNI Wiryantoro, juga memantah keras bahwa mereka kecolongan dengan kejadian penyerangan di rumah sakit yang menjadi areal TNI itu. Menurutnya, kejadian penyerangan itu diluar dugaan aparat keamanan yang bertugas menjaga rumah duka RSPAD.
Wiryantoro menambahkan bahwa rumah duka RSPAD digunakan untuk umum, dan dikelola oleh manajemen yang terpisah dengan RSPAD. Sehingga untuk pengamanannya tidak dijaga tentara.
"Rumah duka dijaga oleh satpam, sedangkan tentara ada di ruang utama RSPAD," kata Wiryantoro kepada VIVAnews. Meski demikian, Wiryantoro memastikan kalau Mabes AD akan melakukan evaluasi terkait insiden penyerangan di RSPAD Gatot Subroto itu.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Priyo Budi Santoso,
menganggap tindakan premanisme di RSPAD Gotot Subroto, merupakan bentuk
penghinaan terhadap alat keamanan negera.
"Memalukan dan penghinaan betul terhadap alat keamanan kita. Atas nama apapun kita tidak bisa membiarkan aksi brutal seperti itu apalagi terjadi di rumah sakit," katanya.
"Memalukan dan penghinaan betul terhadap alat keamanan kita. Atas nama apapun kita tidak bisa membiarkan aksi brutal seperti itu apalagi terjadi di rumah sakit," katanya.
Kejadian penyerangan itu menurut Priyo, sudah keterlaluan karena
dilakukan di rumah sakit umum milik TNI AD. Apalagi, saat penyerangan,
korban sedang berduka. Karena itu, Priyo mendesak polisi untuk segera
menangkap pelaku penyerangan, dan menindak tegas siapapun bekingnya.
Sumber : VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar