Latest News
Kamis, 10 Januari 2013

Wajar RSBI Dihapuskan, Karena di Kerinci dan Sungai Penuh Hampir Seperti Kandang Kambing

Berita Terkait :
 TB News - Mewujudkan insan manusia yang cerdas dan kompetitif merupakan visi dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Selain itu, visi tersebut juga mengarah kepada penyiapan manusia yang berdaya saing secara global terutama di Kerinci dan Sungaipenuh Provinsi Jambi. Hasan seorang LSM pemerhati pendidikan mengatakan “Bukankah setiap sekolah yang merupakan institusi pendidikan berkewajiban memiliki visi seperti itu? Mengapa harus ada yang dikhususkan? RSBI? Mengapa pemerintah tidak mewajibkan semua sekolah memiliki visi seperti itu agar negara ini mampu maju secara keseluruhan?”
Hasan Melanjutkan “RSBI bisa dikatakan sebagai salah satu sarana pemerintah untuk mendiskriminasi institusi pendidikan yang terhormat: sekolah. Ya, secara tidak langsung perbedaan dan pengelompokan terjadi di institusi pedidikan bernama sekolah” kata hasan. Konon, hal tersebut disahkan setelah adanya Pasal 50 Ayat 3 yang menyatakan bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah diharuskan menyelenggarakan atau memfasilitasi sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan (sekolah) pada semua jenjang pendidikan yang bertaraf internasional baik itu SD, SMP, maupun SMA.
Menurut Ketua Umum Lembaga Talago Batuah Yan Salam Wahab, SHI "dalam landasan filosofis penyelenggaraan SBI/RSBI, disebutkan bahwa terdapat empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be yang merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Maksudnya, pembelajaran tidak hanya memperkenalkan pengetahuan (learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong penerapan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together) dan menjadi peserta didik yang percaya diri dan menghargai dirinya (learning to be). Keempat pilar ini harus ada mulai dari kurikulum, guru, proses belajar-mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai pada penilaiannya” pungkas Yan.
Kenyataan di lapangan kata Yan lagi ”Dalam faktanya, ada beberapa bahkan banyak sekali sekolah yang berlomba-lomba menjadikan dirinya RSBI. Hal tersebut disebabkan adanya kucuran dana yang sudah disiapkan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah, dan juga berhubungan dengan pamor sekolah itu sendiri. Ada suatu kendala ketika sebagian dari mereka belum siap menjadi RSBI seutuhnya. Ketidaksiapan itu terlihat dari meningkatnya fasilitas yang tak sebanding dengan kualitas dari sekolah dengan gelar RSBI tersebut” lanjutnya.
Acun juga anggota LSM pemerhati pendidikan ”Sarana maupun fasilitas di RSBI memang harus diperhatikan, namun lebih penting lagi adalah kualitas dari penopang sekolah itu sendiri yaitu kepala sekolah dan tentu saja guru. Berdasarkan penelitian dan evaluasi yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional, terungkap bahwa terdapat lebih dari 80% guru dan kepala sekolah memiliki kemampuan bahasa Inggris yang sangat rendah. Berdasarkan hasil Test of English for International Communication (TOEIC), para guru dan kepala sekolah berada di level novice (100-250) dan elementary (255-400) dari nilai maksimum 990. Dari hasil tersebut menandakan bahwa para guru dan kepala sekolah yang telah menjalan tes tersebut ternyata belum cukup memadai secara bahasa karena mereka masih dalam level novice (pemula) dan elementary (dasar)” pungkasnya.
Yan melanjutkan “Berdasarkan penelitian tersebut tidak mengherankan apabila banyak guru RSBI yang hanya menggunakan bahasa Inggris pada saat membuka pelajaran dan salam penutup di kala pelajaran usai, atau hanya menerapkan penggunaan bahasa Inggris di dalam beberapa soal UTS atau Ujian Semester. Sedangkan, pada saat penyampaian pelajaran, guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan tidak menerapkan TIK. Padahal sesungguhnya di Indonesia, salah satu indikator guru yang mengajar di RSBI haruslah menguasai bahasa Inggris dan TIK. Jika begitu, apa bedanya RSBI dengan sekolah biasa?” katanya.
Lalu Hasan mengatakan“Wajarnya di hapuskan RSBI, karena kami melihat Sekolah yang berpredikat RSBI di Kerinci dan Sungai Penuh. Setelah kami turun ke lapangan, tidak lebih seperti Kandang tempat pengembalaan Kambing”. (red)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Wajar RSBI Dihapuskan, Karena di Kerinci dan Sungai Penuh Hampir Seperti Kandang Kambing Rating: 5 Reviewed By: Register Center