Sebelas orang diseret dan dimasukkan ke mobil dengan tangan terikat dan mata tertutup.
TB Indonesia News - Puluhan orang yang tergabung dalam
Front Pemuda Muslim Maluku Bekasi Raya mendatangi Polda Metro Jaya.
Mereka mempertanyakan kematian rekan mereka yang bernama Hamid Rolobesy
(45), tidak lama setelah ditangkap petugas dari Polres Depok, Jawa
Barat.
Peristiwa penangkapan itu terjadi pada Sabtu, 4 Februari 2012. Hamid dan belasan temannya didatangi petugas dari Polres Depok di sebuah gudang di Jalan Inspeksi Kalimalang, Kelurahan Jatimulya, Tambun, Bekasi.
"Ditangkap 12 orang, satu meninggal, dan sembilan lainnya dipulangkan," ujar Sekretaris Jenderal DPD Front Pemuda Muslim Maluku Bekasi Raya, M Saleh Horela, di Polda Metro Jaya, Senin 6 Februari 2012.
Saleh menjelaskan, penangkapan terhadap belasan orang yang berusia antara 12 sampai 19 tahun itu dilakukan secara mendadak. Aneh, karena saat itu, mereka diseret dan dimasukkan ke dalam mobil dengan tangan diikat dan mata ditutup lakban.
Mereka yang ditangkap tidak mengetahui bahwa Hamid sudah meninggal. Keluarga menerima laporan pada Minggu, 5 Februari 2012, kalau lelaki yang berprofesi sebagai sopir angkot itu sudah berada di RS Polri Kramat Jati, dan dalam keadaan tidak bernyawa.
"Mayatnya sudah dua hari di rumah sakit. Kita minta kejelasan dan akan membuat laporan," kata Saleh lagi.
Abdulah Latif Rolobesy, salah satu saksi yang ikut ditangkap mengaku tidak mengerti mengapa dirinya dibawa ke kantor polisi. "Lagi nonton tivi lalu ditangkap, saat ditanya soal apa, polisinya hanya diam," kata Latif.
Saat digelandang, polisi meminta mereka tiarap dengan tangan terikat dan mata dilakban. Dari gedung kosong bekas ruko menuju mobil. Mereka dibawa dengan empat mobil ke sebuah vila di kawasan Puncak, Bogor.
"Tahu dibawa ke puncak karena dua teman kita ada yang dibuka matanya," kata Latif lagi.
Di vila itu mereka diinterograsi. Petugas menanyakan apakah mereka mengenal Aldo, Ugo, Jefri, dan Udin. Orang-orang itu kata petugas dicurigai merampok bank Danamon di Cimanggis, Depok.
"Terus didesak tapi kita tidak tahu. Delapan orang dibebaskan, tapi tiga orang diamankan di Polres Depok," katanya. Mereka tidak tahu kenapa Hamid bisa tewas.
Fahmi Abdilah Horela (17), yang berada satu mobil dengan Hamid saat dibawa ke Puncak juga tidak mengetahui mengenai tuduhan polisi.
"Saya dengar suara seperti orang merintih kesakitan. Saya mendengar suara polisi membentak dan bilang kamu mabuk ya, kamu mabuk ya, kalau mabuk cemplungin saja ke Kalimalang," kata Fahmi.
Kabar tewasnya Hamid yang sehari-harinya mencari nafkah sebagai sopir angkot K-19 jurusan Bekasi - Jatimulya ini baru diketahui pada Minggu sore pukul 18.00 WIB. Jenasahnya berada di RS Polri Kramatjati.
Peristiwa penangkapan itu terjadi pada Sabtu, 4 Februari 2012. Hamid dan belasan temannya didatangi petugas dari Polres Depok di sebuah gudang di Jalan Inspeksi Kalimalang, Kelurahan Jatimulya, Tambun, Bekasi.
"Ditangkap 12 orang, satu meninggal, dan sembilan lainnya dipulangkan," ujar Sekretaris Jenderal DPD Front Pemuda Muslim Maluku Bekasi Raya, M Saleh Horela, di Polda Metro Jaya, Senin 6 Februari 2012.
Saleh menjelaskan, penangkapan terhadap belasan orang yang berusia antara 12 sampai 19 tahun itu dilakukan secara mendadak. Aneh, karena saat itu, mereka diseret dan dimasukkan ke dalam mobil dengan tangan diikat dan mata ditutup lakban.
Mereka yang ditangkap tidak mengetahui bahwa Hamid sudah meninggal. Keluarga menerima laporan pada Minggu, 5 Februari 2012, kalau lelaki yang berprofesi sebagai sopir angkot itu sudah berada di RS Polri Kramat Jati, dan dalam keadaan tidak bernyawa.
"Mayatnya sudah dua hari di rumah sakit. Kita minta kejelasan dan akan membuat laporan," kata Saleh lagi.
Abdulah Latif Rolobesy, salah satu saksi yang ikut ditangkap mengaku tidak mengerti mengapa dirinya dibawa ke kantor polisi. "Lagi nonton tivi lalu ditangkap, saat ditanya soal apa, polisinya hanya diam," kata Latif.
Saat digelandang, polisi meminta mereka tiarap dengan tangan terikat dan mata dilakban. Dari gedung kosong bekas ruko menuju mobil. Mereka dibawa dengan empat mobil ke sebuah vila di kawasan Puncak, Bogor.
"Tahu dibawa ke puncak karena dua teman kita ada yang dibuka matanya," kata Latif lagi.
Di vila itu mereka diinterograsi. Petugas menanyakan apakah mereka mengenal Aldo, Ugo, Jefri, dan Udin. Orang-orang itu kata petugas dicurigai merampok bank Danamon di Cimanggis, Depok.
"Terus didesak tapi kita tidak tahu. Delapan orang dibebaskan, tapi tiga orang diamankan di Polres Depok," katanya. Mereka tidak tahu kenapa Hamid bisa tewas.
Fahmi Abdilah Horela (17), yang berada satu mobil dengan Hamid saat dibawa ke Puncak juga tidak mengetahui mengenai tuduhan polisi.
"Saya dengar suara seperti orang merintih kesakitan. Saya mendengar suara polisi membentak dan bilang kamu mabuk ya, kamu mabuk ya, kalau mabuk cemplungin saja ke Kalimalang," kata Fahmi.
Kabar tewasnya Hamid yang sehari-harinya mencari nafkah sebagai sopir angkot K-19 jurusan Bekasi - Jatimulya ini baru diketahui pada Minggu sore pukul 18.00 WIB. Jenasahnya berada di RS Polri Kramatjati.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto
membenarkan ada korban meninggal dunia dengan nama yang sama yang
dimaksud Front Pemuda Muslim Maluku Bekasi Raya. Tapi kematian Hamid
akibat terjatuh bukan dianiaya.
Guna mengetahui penyebab kematiannya, saat ini masih dilakukan otopsi. Karena Hamid belum sempet dimintai keterangan, dan meninggal saat akan dibawa ke rumah sakit.
"Tidak mungkin tiba-tiba meninggal. Totalnya ada 13 orang yang ditangkap, satu memang meninggal dunia. Tiga ditahan dan sembilan orang dibebaskan," katanya.
Guna mengetahui penyebab kematiannya, saat ini masih dilakukan otopsi. Karena Hamid belum sempet dimintai keterangan, dan meninggal saat akan dibawa ke rumah sakit.
"Tidak mungkin tiba-tiba meninggal. Totalnya ada 13 orang yang ditangkap, satu memang meninggal dunia. Tiga ditahan dan sembilan orang dibebaskan," katanya.
Sumber : VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar