Di ujung penantianku…
Ku menanti seseorang yang tak tahu pasti
Siapa dan apa yang
akan terjadi…nanti
Aku tak tahu lagi
apa yang mesti aku perbuat
Kau mawarku…
Kau mawar yang dikelilingi
duri
Aku menyukaimu, karena kau
terpelihara
Dari apa saja yang akan
menyakitmu…
Sedang aku hanya
seorang pengembara dilebatnya belantara
Perjalanan hidup
yang melelahkan, akan selaluku jalani
Dengan hati sabar,
karena itu sudah janji dengan Yang Kuasa…
Aku takkan
menyesali nasib yang aku alami
Karena aku yakin
Tuhan amatlah mengasihi hamba-Nya
Dan aku tahu,
pasti janji Tuhan akan terjadi…
Karena aku sudah
banyak mengalaminya…
Dan kini aku
banyak belajar dari pahit getirnya kehidupan…
Mawarku…
Kau jangan sampai melepaskan
begitu saja
Kumbang yang mendekatimu
Mawarku…
Jangan kau tertipu oleh
gemerlap dunia
Karena itu
hanyalah sementara…
Hari ini…
Aku mencoba
mengungkapkan kebenaran
Karena kita
diciptakan untuk saling mengasihi
Mawarku…
Mengapa baru sekarang kau
nampakkan kuntummu
Yang menebar harum semerbak…
Sehingga membuat aku selalu
merinduimu
Walaupun kau jauh, tapi kau
selalu di hati ini
Mawarku…
Indahnya Sekuntum Mawar di Taman
Hati.
“Virus cinta“ yang bernama kebencian selalu menerpa “perahu laju“ dari para
Pecinta yang dengan tertawa-ria mengarungi samudera cinta yang tiada bertepi. Memang
“virus“ kebencian tidak dapat dideteksi dan diramalkan sebelumnya. Ini menjadi
“kepatahhatian” para Pecinta terhadap perjalanan panjang cinta mereka.
Siapa yang tak suka dengan “mawar”? yang dianya harum semerbak di
seantero kampung pangkuan halaman, dia dikelilingi oleh “duri” yang bukan untuk
menyakiti akan tetapi untuk memelihara diri. Namun sayang “kumbang jati” tak
kuasa mendekati hanya bermain di alam khayalinya. Ya, senang dipandang namun
sulit untuk digenggam dalam jambangan.
Memang sulit mendeteksi cinta yang tersimpan kokoh dalam hati seorang
wanita atau pria, karena kebesaran cinta dihatinya tidak dapat diungkap dengan
kata-kata dan bentuk simbolistik lainnya, ia hanya simpati dan…simpati. Nah,
dari sinilah awal cinta bersemi indah di taman hati.
Namun apabila badai “tsunami cinta” dalam menjelma dengan perginya
orang yang dicintai atau diambil oleh orang lain. Maka yang terjadi adalah
kecewa yang mendera dan hati yang merana karena cinta. Maka Si Pecinta tak rela
dan tak tega “kumbang lain” datang mengelilingi “Sang Bunga Mawar” pujaan
hatinya.
Dan kehadiran “virus cinta” yang bernama keduniawian baik yang
bersifat harta benda, kecantikan dan ketampanan, popularitas. Itu semua sering
membuat “mawar” membiarkan “madunya” dihisap oleh “kumbang” yang berhati
jalang. Memang realitas kadangkala membuat keteguhan hati akan roboh oleh
tampilan dan kebendaan yang menggoda sanubari.
Bila “mawar” tergoda oleh “kumbang jalang” maka itu akan mengakibatkan
hilangnya harga diri dan masa depan cintanya. Dan “kumbang jati” yang main
dibalik layarpun ikut merasa kecewa, ya…duka di atas duka. Karena “janji setia
menikam kalbu”.
“Virus cinta” yang bernama kebencian bisa saja disebabkan oleh
kecemburuan terhadap orang yang meraih “mawar” tidak dapat membahagiakan “mawar”,
ataupun karena “mawar” melupakan Si Pecinta yang dalam rindu bayangan.
Maka proses awal badai cinta di samudera jiwa adalah karena
kecemburuan sepihak dari Si Pecinta terhadap yang dicintainya. Dan orang yang
dicintaipun tidak tahu kalau Si Pecinta mencintainya. Inilah bentuk karamnya “kapal
cinta” dipangkalan yang belum sampai melaju ke lautan yang luas.
Dan berikut ini ada baiknya kita simak Catatan Cinta dari Musafir
Cinta dari sebuah badai cinta yang menerpa di samudera jiwanya, dan ia berupaya
untuk paham dengan keadaan yang menimpa dirinya dengan melakukan perenungan (tafakur)
dan mencoba untuk mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya.
A Inspiration of the book "Musafir Cinta di
Taman Fata Morgana"...
Masterpiece Two People of Putra Kerinci...
0 komentar:
Posting Komentar