Latest News
Rabu, 30 November 2011

BADAI CINTA DI SAMUDERA JIWA



Umpama pepatah menyatakan bahwa siapa yang menabur angin tentu ialah yang akan menuai badai. Ungkapan itu menjadi tolak ukur bagi sebuah kehidupan Si Pecinta dalam mengarungi bahtera cintanya. Karena dalam laut cinta yang tiada ujung-pangkalnya mau tidak mau dan suka tidak suka tentu yang mesti dihadapi adalah gelombang badai dan juga mungkin riak gelombang. Kalau hanya riak gelombang tentu para Pecinta dapat menahannya dengan berbagai cara yang dapat menyelamatkan. Akan tetapi apabila badai yang melambung dan akan menengelamkan tentu yang terjadi adalah sebuah “persakitan” yang mesti ditemui.
Ya, benar pepatah menyatakan, kalau takut dilambung ombak, maka jangan berumah ditepi pantai. Dan siapa yang takut dengan gelombang badai cinta di samudera jiwa maka bersiaplah untuk “minggat” sebelum terjadi.
Memang sangat berbeda dalam simbolistik dan substantif antara badai yang menghadang Si Pecinta yang berlandas pada bentuk simbolistik seperti kecantikan, kemolekan, keindahan dan ketampanan. Dan kalau secara substansi yang bersifat dalam kata : “Walaupun…aku cinta”. Ini telah memasuki wilayah cinta-kasih yang berlandaskan atas rasionalitas, kedewasaan serta bimbingan Ilahi. Maka apabila ia tenggelam di samudera cinta, ia akan tetap kokoh hatinya menghadapi terpaan badai dan gelombang cinta. Ya…umpama batu karang di lautan luas.
Dan sangat berbeda dengan cinta hanya cinta, ia selalu mendengungkan kalimat: “Karena ia…aku cinta”, apabila simbolistik yang berupa kecantikannya telah pudar, popularitaritasnya telah hilang, keindahannya telah habis, maka cintapun pudar dan tak lagi bersemi di taman hati.
Inilah yang akan mendendangkan senandung sunyi para korban cinta syahwati yang dipanaskan dari “air birahi”. Karena terpaan badai cinta telah membuat samudera jiwanya terbawa arus gelombang “tsunami cinta” hingga harus menjadi bangunan hati yang porak-poranda dan mayat cinta yang bergelimpangan.
Dan apabila larut dalam nestapa cinta tentu tiada kebaikkan yang dapat dibawa untuk mengarungi kehidupan yang lebih panjang lagi. Hanya sendu kepiluanlah yang selalu menjelma di lubuk hati yang kian terkoyak, hanya nyanyian sunyi kepedihan yang bersenandung dalam mimpi kepiluan hati. Dan habislah “energi cinta” untuk mengarungi sesuatu kehidupan dan cinta yang tidak abadi.

A Inspiration of the book "Musafir Cinta di Taman Fata Morgana"... 
Masterpiece Two People of Putra Kerinci...
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: BADAI CINTA DI SAMUDERA JIWA Rating: 5 Reviewed By: Register Center