Latest News
Senin, 24 September 2012

Kerap Didatangi Tentara, Aktivis Lapor LSM

 
  Ilustrasi penganiayaan/pengeroyokan

TB Indonesia News - Gara-gara terus-menerus didatangi oleh beberapa oknum anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk berdamai dan mencabut laporannya ke Detasemen Polisi Militer (Denpom) Kupang, Heribertus Antonius Evi (30), seorang aktivis yang menjadi korban penganiayaan oleh anggota TNI dari Kesatuan 744/SYB yang bertugas di Pos Sungai Oepoli, pada 7 Juli 2012 lalu, melapor ke Lembaga Anti kekerasan Masyarakat Sipil (Lakmas) Cendana Wangi, Nusa Tenggara Timur.
Heribertus yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Daerah (Komda) Region Timor Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) saat ditemui Kompas.com di kantor Lakmas, Senin (24/9/2012) mengatakan, dirinya sudah didatangi sebanyak tiga kali oleh komandan pos Oepoli dan dua orang anggota TNI dari Kodim 1618 TTU namun dia menghindar.
"Komandan Pos Oepoli Pak Andik dan dua orang intel dari Kodim 1618 TTU sudah tiga kali datang ke kos saya di RT 10 RW 3 Kelurahan Kefa Selatan, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT dan mereka hanya bertemu dengan istri saya. Sedangkan saya menghindar karena tujuan mereka datang untuk berdamai dan menyuruh saya untuk menarik laporan saya di Denpom Kupang. Pada dasarnya saya tidak mau berdamai dan biarlah proses ini berjalan terus sehingga menjadi efek jera bagi yang lainnya. Kita harus hargai proses hukum," kata Heribertus.
Dia menuturkan kalau permohonan maaf oleh anggota TNI yang telah menganiayanya itu seharusnya dilakukan beberapa hari setelah dirinya dianiaya. Bukan prosesnya sudah berjalan panjang dan bahkan sudah ditangani oleh Denpom, baru dari pihak TNI mau damai, sehingga dirinya terpaksa melaporkan hal tersebut ke Lakmas Cendana Wangi NTT.
Sementara itu, Direktur Lakmas Cendana Wangi, NTT Viktor Manbait menilai sangat konyol ketika ada anggota TNI yang terus mendatangi korban di rumahnya pada malam hari, ketika korban tidak berada di rumahnya. Apalagi anggota TNI tersebut membangunkan istri korban untuk menanyakan keberadaan korban, dan meminta korban agar ke Kupang untuk mencabut laporannya.
"Perbuatan dari anggota TNI ini sangat tidak terpuji dan terkesan intimidatif karena istri korban yang didatangi terus menerus selama dua hari ini merasa khawatir atas keselamatan suaminya. Istrinya juga merasa takut karena kemarin malam sekitar jam pukul 22.00 Wita istrinya dibangunkan untuk ditanya keberadaan suaminya, Heribertus Evi," jelas Viktor.
Menurut Viktor, tentara itu tugasnya untuk menjaga dan pertahanan keamanan negara di tapal batas sehingga bila kebetulan ada warga yang melapor soal keamanan dan ketertiban masyarakat atau tindak pidana, maka harusnya diserahkan ke kepolisian, bukan malah melakukan tindakan-tindakan destruktif, apalagi menganiaya warga sipil.
"Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku anggota TNI di perbatasan belum menunjukkan jati diri seorang prajurit yang menjiwai Sapta Marga dan hal ini jelas akan memperburuk citra TNI di mata warga perbatasan. Dan kita berharap ada tindakan-tindakan hukum terhadap mereka dan jangan hanya sekadar tindakan disiplin yang tentu tidak akan memberi efek jera sebagaimana seperti yang terjadi selama ini," jelas Viktor.
Terkait dengan itu, Komandan Detasemen Polisi Militer (Dandenpom) Kupang Letkol CPM I Putu B Wiguna ketika dihubungi Kompas.com melalui telepon selulernya mengatakan sedang berada di luar daerah. "Saya lagi di Bali, tolong tanyakan ke staf saya. Saya sudah perintahkan staf saya cek dulu," urai Putu melalui pesan singkatnya.
Sebelumnya Heribertus Evi dianiaya di dalam Pos Sungai TNI Satgas Pamtas di Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Barat Daya, Kabupaten Kupang. Pos Sungai ini terletak sekitar 197 Km arah timur Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT atau sekitar 140 Km arah selatan Kefamenanu, ibu kota Kabupaten TTU.
Letak Pos TNI persis di simpul perbatasan 4 wilayah, yaitu di antara Distrik Oecusee Timor Leste, Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU. Oknum anggota TNI juga menghasut beberapa anggota polisi di Pos Polisi Oepoli, lalu mengeroyok korban.
Tentang kronologi peristiwa penganiayaan, Heribertus menceritakan, usai berkunjung ke rumah kerabatnya di perbatasan Distrik Oekusi, Timor Leste, Sabtu 7 Juli 2012. Ia membonceng salah satu temannya dengan sepeda motor Honda Win menuju Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Saat tiba di Pos Pamtas milik TNI di Kampung Bokos, dekat Desa Netemnanu Utara, Kabupaten Kupang, Heribertus melihat ada sebuah rumah yang didirikan di atas lahan milik kakeknya, Lau Bati. Lalu ia menanyakan hal itu kepada pemilik rumah yang bernama Jhon Dethan yang kemudian berujung adu mulut. Setelah itu, Heribertus akhirnya pulang.
Sebelum Heribertus berbalik arah, John Dethan, si pemilik rumah bergegas mendahuluinya melapor ke anggota TNI di Pos Sungai, yang berjarak sekitar 500 meter. "John Dethan menghasut anggota TNI bahwa saya menghina raja setempat. Beberapa anggota TNI marah dan menyeret saya ke pos lalu menganiaya saya hingga babak belur," urai Heribertus.
Ada beberapa anggota polisi yang bertugas di Pospol Oepoli dan mendengar kasus itu datang ke Pos TNI. "Mereka bukan melerai tapi itu ikut mengeroyok saya setelah dihasut anggota TNI didukung keluarga John Dethan," kata Heribertus.
Akibat penganiayaan itu, ia mengaku sempat pingsan dan dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan. "Sekujur tubuh saya bengkak dan hitam lebam. Tulang rusuk saya sakit sampai sekarang karena ditendang. Saya sudah buat visumnya," katanya.
Diungkapkan, sepeda motor miliknya dan kalung di lehernya yang dirampas anggota TNI, hanya motornya saja yang dikembalikan. Sedangkan kalungnya sampai sekarang belum didapa

Kompas.com
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Kerap Didatangi Tentara, Aktivis Lapor LSM Rating: 5 Reviewed By: Register Center